(Dia Yang Sempat Singgah) Aku Kehilangannya, Dan Tidak Menangis.

Hikmah dibalik keguguran
Sejak awal pernikahan, kami memang tidak berniat menunda-nunda untuk memiliki momongan. Dan Alhamdulillah, dibulan ke-3 pernikahan kami, Allah mengabulkan keinginan kami. Tepat seminggu sebelum hari ulang tahunku, aku positif hamil.  Ini adalah kado terindah diulang tahunku. Aku dan suami bersama seluruh keluarga kami menyambutnya dengan sukacita.
Akh, aku begitu bahagia dengan kabar ini. Apalagi setelah Dokter mengatakan bahwa kandunganku sangat sehat. Hampir setiap waktu aku mengumpulkan informasi tentang kehamilan. Mulai dari makanan untuk ibu hamil, sampai hal apa saja yang wajib dan tidak boleh dilakukan saat hamil. Ya, aku memang sangat bahagia. Aku selalu berusaha untuk menjaga kehamilanku.
Pada hari itu, mungkin terlalu capek karena di rumah akan ada acara, banyak sekali yang harus dikerjakan hingga aku lupa istirahat hingga tengah malam. Esoknya, aku keluar flek. Kami memutuskan untuk memeriksakannya ke Dokter. Dokter mengatakan bahwa  kandunganku tidak berkembang dan tidak ditemukan detak jantung janin (DJJ). Dia mengatakan bahwa aku harus dikuret. Astaghfirullah.. hati ini sangat sakit mendengarnya. Namun kami tidak lantas percaya. Kami memutuskan untuk pulang, dengan tetap optimis dan penuh pengharapan, kami yakin anak kami baik-baik saja. Segala doa dan upaya terus kami lakukan, termasuk memeriksakannya kembali pada Dokter yang berbeda. Kami  mendapat informasi yang berbeda, anak kami masih ada dan DJJ memang belum terdeteksi diusia kehamilan trimester pertama.  Lega rasanya.
Namun ternyata Allah berkehendak lain, malam itu perutku terasa sakit. Darah keluar begitu banyak dari tubuhku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku teringat diagnosa Dokterku yang dulu bahwa janinku tidak berkembang. Pikiranku sudah kacau. Namun keluarga dan tentunya suamiku yang dengan sabar dan setia selalu mendampingiku membawaku ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, aku dibawa ke ruang tindakan. Dokter memvonis bahwa aku keguguran, dan harus dikuret.
Astaghfirullah.. Ya Allah, cobaan apa ini. Aku pasrah dengan apapun keputusanMu.
Beberapa hari setelah aku kehilangan janinku, perasaan sedih masih terus membayangiku. Bahkan, aku sering tiba-tiba menangis histeris. Suamiku, ya lagi-lagi suamiku, dia yang dengan sabar selalu menenangkanku. Hingga suatu saat, aku mendapat nasehat dari orang-orang terdekatku. Mereka bilang bahwa aku akan berhenti menangis saat itu juga, jika aku tahu hikmah dibalik musibah yang telah aku alami. Lalu mereka juga bilang, anakku masuk surga tanpa hisab, karena meninggal sebelum baligh, dan dia, menungguku di pintu surga.
Kini bukan lagi saat untuk bersedih, tapi waktunya untuk memperbaiki diri, agar nantinya kami layak dan bisa bertemu lagi dengannya. Astaghfirullah.. Ampuni aku Ya Allah yang terus larut dalam kesedihan. Sedang semua ini, tak lepas dari rencanaMu. Terimalah tobat kami. Ampuni dosa-dosa kami. Engkau pasti tahu yang terbaik untuk kami. Dan kami yakin, Engkau akan menggantinya dengan yang lebih baik. aamiin.

Share this

Related Posts

First